Sabtu, 13 Maret 2010

Pneumocystis pneumonia

Pneumocystis pneumonia (PCP) adalah suatu bentuk pneumonia yang disebabkan oleh ragi (yeast) Pneumocystis jirovecii. Jenis jamur ini adalah khusus untuk manusia dan tidak terlihat menginfeksi hewan lainnya. Sementara jenis Pneumocystis lainnya menjadi parasit bagi hewan (mamalia) yang belum terlihat menjangkiti manusia.
Kondisi penyakit PCP yang disebabkan oleh P. jirovecii ini relatif jarang terjadi pada masyarakat dengan sistem kekebalan normal, tetapi umum terjadi di kalangan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah , seperti bayi prematur, anak-anak yang tidak terpelihara dengan baik, orang yang sangat tua, dan penderita AIDS. PCP juga dapat berkembang pada pasien yang mengambil obat immunosuppressant (misalnya pasien yang telah mengalami transplantasi organ) dan pada pasien yang telah mengalami transplantasi sumsum tulang.

Gejala

Gejala PCP yaitu demam, batuk tidak produktif (karena dahak terlalu kental), sesak nafas (perlu pengerahan tenaga untuk bernapas dibanding biasanya), kehilangan berat badan, dan sering berkeringat malam. Biasanya tidak terdapat dahak dalam jumlah besar pada pasien PCP kecuali pasien yang memiliki tambahan infeksi bakteri. Jamur dapat menginfeksi organ dalam seperti hati, limpa dan ginjal, namun hanya dalam kasus minoritas.

Pathophysiology

Risiko radang paru-paru karena Pneumocystis jirovecii meningkat bila tingkat sel CD4 positif kurang dari 200 sel / μl. Pada individu yang immunosuppressed (imun tertekan) manifestasi dari infeksi sangat variatif. Penyakit menyerang usus kecil, dan jaringan serat paru-paru (sehingga oksigen kurang mampu membaur ke dalam darah, yang mengarah ke Hypoxia – karbon dioksida (CO2) terikat sehingga menyebabkan kesulitan bernafas).

Diagnosis

Diagnosis dapat dikonfirmasi oleh karakteristik tampilan pada x-ray dada yang menunjukkan luasan invasi PCP pada paru-paru (pulmonary infiltrates), dan tingkat oksigen arterial (pO2). Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui identifikasi histologik dari organisme kausatif di dahak atau bronchio-alveolar lavage (pencucian paru-paru). Noda yang terlihat dengan biru toluidine, perak atau noda logam immunofluorescence, akan menunjukkan karakteristik cysta jamur ini.
Infeksi Pneumocystis juga dapat didiagnosis melalui immunofluorescent atau penandaaan histochemical dari specimen (sampel), dan metode lain yang terbaru adalah dengan analisis molekular pada produk reaksi polymerase chain yaitu dengan membandingkan sampel DNA. Sebagai catatan, deteksi molekuler sederhana Pneumocystis jirovecii dengan cairan paru-paru tidak bisa menunjukkan seseorang itu telah menderita Pneumocystis pneumonia atau infeksi HIV. Jamur yang tampak juga hadir pada individu sehat di masyarakat umum.
Penularan
Siklus hidup lengkap dari salah satu jenis Pneumocystis masih belum diketahui sampai saat ini, namun melihat banyaknya kasus penyakit ini yang menginfeksi paru-paru memungkinkan bahwa penularan kebanyakan melalui pernafasan.
. Distribusi penyakit
Penyakit ini telah dikenal di seluruh dunia; endemis dan kadang-kadang muncul sebagai KLB pada bayi yang kurang gizi, debilitas atau pada bayi yang mengalami imunosupresi. Penyakit ini menyerang hampir 60% penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa dan Australia sebelum dilakukan pengobatan profilaktis secara rutin. Hampir tidak ada laporan PCP pada penderita AIDS di Afrika.

Cara penularan

Penularan dari binatang ke binatang melalui udara dapat dilihat terjadi pada tikus. Cara penularan pada manusia tidak diketahui. Pada satu penelitian didapatkan sekitar 75% dari individu normal dilaporkan telah memiliki anibodi humoral terhadap P. Carinii setelah umur 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi sublinis umum terjadi di AS. Pneumonitis pada hospes immunocompromize sebagai akibat dari salah satu apakah telah terjadi reaktivasi dari infeksi laten atau oleh karena infeksi yang baru didapat.

Perawatan

Obat-obatan Antipneumocystic sering digunakan bersamaan dengan obat steroid untuk menghindari peradangan. Obat yang paling umum digunakan adalah obat kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole (co-trimoxazole, dengan nama dagang Bactrim, Septrin, atau Septra), tetapi beberapa pasien tidak dapat mentolerir perlakuan ini karena alergi. Obat lain yang digunakan tersendiri atau dikombinasikan yaitu pentamidine, trimetrexate, dapsone, atovaquone, primaquine, pafuramidine meleate (dalam penyelidikan), dan clindamycin. Pengobatan biasanya untuk jangka waktu sekitar 21 hari.
Pentamidine jarang digunakan karena tingginya frekuensi efek samping (pancreatitis akut, gagal ginjal, hepatotoxicity, leukopenia, ruam, demam dan hypoglycaemia).


*Disadur dari berbagai sumber* by:Ni’mah Rahamawati

0 komentar:

Posting Komentar