Kamis, 11 Maret 2010

BALADA MOTOR MELIMPAH PARKIR SUSAH

Terik mentari menyapa riang,mengiringi langkahku meninggalkan gerbang sekolah.Membakar.Anehnya,dibelahan bumi Indonesia lainnya,ada yang terkena banjir.Untunglah di Surabaya aman.Tapi panasnya itu lho yang nggak ketulungan,kayak dipanggang.Mungkin ini yang disebut global warming ya?
Panasnya bumi mendamparkanku ke halte bus di dekat pasar.Biasanya aku cukup menunggu angkot yang lewat di depan sekolah.Tak perlu capek-capek jalan setengah kilo begini.Rutenya juga lebih enak.Pas banget turun depan rumah.
Namun sepertinya kondisi ini akan berlangsung,setidaknya ,selama beberapa bulan kedepan.Pasalnya ,jalan raya yang dilewati mobil kuning favoritku itu sedang perbaikan besar-besaran.Praktis rutenya harus dialihkan.Namanya juga trayek dadakan,sudah pasti muter-muter.Belok gang ini,memutari kampung yang satu,lalu keluar gang itu di kampung satunya lagi.Sekali saja,akhirnya pernah juga menyemarakkan ruang BP setelah sebelumnya mendapatkan “khutbah” kedisiplina dari tim tatib sekolahku bersama gerombolan anak yang telat lainnya.dan,cukup sekali juga aku ketiduran hingga kebablasan sampai pangkalan saat perjalanan pulang.Gara-gara angkotnya kelamaan ngetem nggak kunjung dapat penumpang dijalurnya yang baru.
Setengah jam di halte akhirnya datang juga bis.Tapi sepertinya ini memang jamnya orang pulang kantor dan waktunya bubaran para mahasiswa.Jadilah.penuh sesak!
Si mobil panjang tersaruk-saruk mengangkut kami ketempat tujuan masing-masing.Hanya bis inilah yang sekali kutemui,yang bawaannya kalem,slow tapi tetap bergegas pas lagi narik penumpang.Tidak seperti bus kebanyakan,sudah jalannya asal-asalan,masih sempetnya kebut-kebutan dengan bus lain.Tahulah bus antarkota di Surabaya.sudah jelek,kondisi yang jarang dirawat.Mesin yang setengah bobrok dan seharusnya tak layak pakai,belum asap knalpotnya amat sangat berandil besar terhadap peningkatan emisi karbon di Indonesia.

Setelah menengok kesana kemari,Alhamdulillah masih kebagian tempat duduk.Kalau aku laki-laki,pasti aku ikut gelantungan di pintu.separuh badan berimpitan di dalam,sementara sisanya terpanggang di jalanan.Beradu dengan hembusan angin dan debu yang beterbangan.Kalau hujan lebih parah,mereka harus rela di hajar derasnya air bah dari langit.Dan,untuj sepasang atau malah satu kaki yang juga tak sempurna itu,tak lantas membuat mereka membayar separuh harga.
“Eh,kantor pos,Pak!” seruku terkaget-kaget.Kuserahkan selemabar ribuan kepada kondektur yang tiba-tiba muncul.Namun setelah kuserahkan uang itupun si kondektur tak urung pergi.Malah dia terus metapapku sembari terlihat berfikir dan mengingat sesuatu.
“Ah!kamu pasti Atik kan?putrinya pak Dibyo dan bu Wila?”ungkapnya mendadak.
“Iya,benar pak,Anda mengenal orang tua saya?Memangnya Bapak siapa?maaf saya belum kenal.”jawabku yang masih dalam kebingungan.
“Oh,iya.pantes ndug kamu nggak kenal saya wong si mang nely nih udah lama nggak kerja lagi sama bapakmu”.tuturya ramah.
“Mang nely?,Oh ya!Ayah dulu pernah cerita punya pegawai yang rajin yang namanya mang nely,ternyata bapak”.jawabku antusias.
“Iya nak,gimana sekarang kabar usaha bapakmu?masih sukses kan?”Tanyanya sembari mengahampiri penumpang diseberangku.
“Alhamdulillah Pak,masih berjalan lancar.”Jawabku santun.
“Salam ya,buat pak Dibyo sekeluarga”lanjutnya masih menariki uang bayaran dari penumpang lainnya.
“Insyaallah pak.”jawabku singkat.
Menurut ayahku mang Nely dulu pernah menjadi pegawai toko ayahku.Tepatnya sebagai tukang parker,namun karena semakin hari,urusan parkir-memarkir diatur oleh pemerintah kota,termasuk lahan parkir di depan toko kami.Akhirnya ayah tak lagi memeperkerjakan mang Nely.Dan mungkin akhirnya mang Nely menjadi kondektur bis yang saat ini kunaiki.
Laju bus yang merayap mengantarkanku dalam lamunan.Banyak sekali yang masuk ke dalam benak.Tumpukan PR yang gila-gilaan sampai nyaris bikin gila beneran.
Ada lagi tugas kelompok,buat makalah.Yang namanya tugas kelompok,kan ngerjainnya kalau bukan di rumah ya di rumah teman kan?terus bedanya PR sama tugas apa?Belum lagi laporan praktikum yang harus dikumpulkan pekan ini.Banjir ulangan yang entah disengaja atau tidak,terjadwal menumpuk pekan depan.
Emang nih,akhir-akhir ini lebih banyak ke warnet ketimbang kongkow-kongkow,ngetem di mall atau JJS ramai-ramai nggak jelas juntrunganya.Ngomong-ngomong soal mencari bahan di internet,sebenarnya zaman serba canggih gini udah banyak teman-teman yang punya notebook aneka ukuran.Apalagi di sekolahku udah free hotspot.Tapi tetep aja hanya yang punya notebooklah yang bisa manfaatin layanan ini.Tapi sayangnya mereka lebih sering buka internet buat fban atau twitteran daripada nyari bahan buat tugas sekolah.
Tentang mencari bahan makalah dari internet,bukan tidak mungkin para guru itu tahu kalau akau dan teman-teman hanya copy paste?Kami jarang banget cari bahan diperpustakaan atau dari buku diktat.Teman-teman yang tidak mau kehilangan waktu main,nonton,dan pacaran lebih parah lagi.Mereka santai banget,asal contek bin jiplak jawaban PR punya teman lainnya.Tanpa beban,tanpa sesal.Habis mau gimana lagi?waktunya mepet!mana sempat?
“Aah pusing…pusing!Terserah deh.ruwet!”gumamku tanpa sadar.
“Iya nih,emang ruwet.Bikin pusing!”sebuah suara entah dari mana.
Aku kaget.Perasaan suaraku tadi tergolong pelan.Spontan aku melirik sebelahku.Bapak-bapak lagi kipas-kipas.Bukan,ah!tepisku,yakin.Jelas-jelas suaranya perempuan.Penasaran,nmataku menjelajah mencari kambing hitam.
“Masih jauh Dek!Wong kita lagi terjebak macet.Simpang lima sini kan memang selalu ruwet kalau jam-jam beranakat atau pulang sekolah,”celetuk bapak-bapak disebelahku demi melihatku celingak-celinguk.Seulas senyum manis kuhadiahkan untuk informasi singkat barusan.
“Gimana nggak pusing?”suara itu terdengar lagi.
Ooh,rupanya suara mbak-mbak berperawakan “imut” berpakaian rapi dibalut jas almamater yang berdiri menyandar kursi di depanku.Tangan kanannya mendekap sebuah buku tebal.Kulirik judulnya sesaat,”Manajemen Kuantitas”,mahasiswi fakultas Ekonomi rupanya.Kulihat papan namanya,Zuhana Sari ,dan benar saja lambang di lengan kirinya menunjukkan dia mahasiswi jurusan manajemen.
Sementara tangannya yang lain sibuk mengipasi mukanya.Sepertinya dia sedang ngobrol seru dengan mbak-mbak yang yang lebih “subur” dihadapannya.
“Semester satu dulu tempat parkir cuma satu,itu pun hari hari tertentu aja yang full.Sekarang udah semester tujuh,area parkir nambah satu di gedung samping.Lebih luas malah.Tapi jadinya tambah ruwet.Lapangan basket sama pelataran gedung bawah jadi alih fungsi.Kasihan deh yang pada kuliah di kelas-kelas bawah.Itu motor kan datang perginya nggak terjadwal,jadi selalu bising,lah!mana gedung bawah buat ruang praktikum!”lanjut mbak Zuhana tadi terdengar dongkol berat.
“Aduh,gitu aja dibikin pusing Han!Bisa nggak kelar-kelar kuliahmu nanti,berani taruhan:mau ditambah dua sampai tiga area parkir lagi,lapangan basket sama pelataran fakultasmu bakal tetap banjir motor,”sahut mbak tambun bersuara tegas disebelah mbak Hana tadi.
Wah,sepertinya menarik nih.Nguping,ah!Jarang,lho orang mau ngegosipin area parkir.Lagian,sepertinya mereka juga nggak peduli obrolan mereka dikonsumsi publik.
“La kalo fakultas kamu Ni’?”Ujar mbak tadi pada kawannya.
“Fakultasku juga kok,dulu cuma ada dua area parkir di samping Gedung B dan E.Sekarang …tetep dua sih.Tapi,lahan-lahan kosong,yang dulu penuh rumput sama semak,habis disemen nggak bersisa.Yang kemudian dibangun malah bangku-bangku beton dan gazebo.Bisa nebak dong,pelan tapi pasti,para motor-motor mahasiswa membanjiri lahan-lahan kosong itu.Satu tempat parkir aja udah penuh buat nampung bagi yang membawa mobil.Untuk yang naik sepeda motor?mana cukup Cuma satu lahan parkir?Masih mending fakultasmu hanya tiga jurusan.Tempatku ada lima non!bayangin aja ruwetnya!”sungut mbak tambun tadi,kulirik papan namanya.Ni’mah Rahmawati.
“Iya,ya?Dipikir-pikir aneh juga.Kalau diperhatikan, motor mereka keluaran terbaru semua,lho.kinclong-kinclong,gitu.Kemarin-kemarin,pas aku bawa motor ,giliran mau pulang gampang banget carinya.Terlihat jelas antara yang jadul sama yang baru keluar dari oven,hehe…!”
“Sembarangan!”
Aku tersenyum sendiri.Area parkir sekolahku sendiri tak ubahnya dealer serba ada.Segala merek,entah Jepang entah Cina,mulai kelas 100 cc hingga 125 cc,empat tak atau jet matic,semuanya ada.Di pinggir jalan raya,di depan sekolahku juga berdert-deretmobil-mbobil mewah milik teman-teman borjuku.Lucu!”
Guru-guru pun seolah tak mau tersaingi muridnya.Buktinya,dari beberapa gelintir di tempat parkir,kini mulai merangsek ke halaman.Yang duluan bermobil juga tambah bergaya,bisa gonta-ganti sesuka hati.Malu dong,disamakan!Gitu kali ya pikir mereka?”
“Kalau bukan karena malu,lalu apa?”sambung mbak Ni’mah yang bersuara tegas tadi.
“Ya itu tadi.Bingung parkirnya,malas antar keluarnya,macet.Kayak sekarang ini nih!Padahal tren inovasi motor sekarang kan racing,ya?Lha,kalau macet melulu,nggak optimal dong!”
“Kata siapa?Buktinya kecelakaan di jalan raya meningkat signifikan.Tugas polisi jadi ikut-ikutan optimal kan?”
“Mau gimana lagi Ni’?Penduduk makin banyak,kebutuhan armada otomatis naik dong!Itu kali salah satu alasan pemerintah bangun jalan disana-sini.”
“Waduh Han,ya nggak bisa begitu dong!Penduduk banyak,berbanding lurus dengan kebutuhan armada,itu betul.Fakta.Tapi kalau solusinya bangun jalan,yang ujung-ujungnya gusar-gusur rumah dan tanah rakyat,berani taruhan:endingnya bakalan sama kayak area parkir di fakultas kita.Jalan raya,selain tambah lebar juga tambah macet.”
“Kok bisa?”tanyaku di dalam hati.
Tanpa disadarnya,mbak Ni’mah tadi menyahuti kebingunganku.
”Ya,bisa!Solusinya bukan di jalan raya,tapi di armada!”
“Lha iya…kan banyak banget sekarang sampai membludak gini.Harus dilebarin kan?”
“Huuh,dengerin dulu dong Han!belum-belum udah di potong!”
Aku makin penasaran.
“Negeri dengan penduduk sebanyak Indonesia ini,yang pulau-pulaunya berserakan di mana-mana,bukan hanya butuh alat transportasi yang banyak,melainkan juga bagus dan murah.Jangan motong dulu!Yang aku maksud bukan motormu,motorku atau mobil-mobil di luar sana itu.”
“Maksudmu aman,nyaman,bersih ,tepat waktu,rutenya jelas,nggak sodok sana-sini kejar setoran gitu,kan?”Wah,itu kalau di luar negeri sono Mbak!Di sini ,kalu punya sendiri,ngapain naik bus?Panas!Kalau hamil,berdiri melulu nggak duduk-duduk atau glantungan kayak di luaran itu!Jalannya,kalau nggak pelan banget ya ngebut sambil balapan sama temennya.Dan yang nggak punya perasaan,malah nyalain cerobong lokomotif,”sungut mbak Hana .Suaranya sengaja dikeraskan saat menyoal tentang rokok.
“Nah itu dia masalah utamanya,”si mbak tambun tersenyum lucu.”Pemerintah selalu setengah-setengah membenahi transportasi.Makanya kita-kita pada malas naik kendaraan umum.Di sisi lain,izin impor kendaraan mewah dipermudah,pajak dipermurah,pabrik-pabrik perakitan kendaraan bermotor juga tak sepi inovasi,nggak pernah berhenti berproduksi.Sampai-sampai syarat-syaraat kredit motor bisa luar biasa gampangnya.Akibatnya,orang-orang berlomba buat nambah atau ganti kendaraannya. Parahnya lagi,KTP aja belum wajib tapi pada udah gatal punya SIM.Gimana jalanan kalau misalnya tiap kepala pegang satu mobil dalam setiap keluarga?”
Eh iya,ya?Pikirku.Seminggu yang lalu tetanggaku,ibunya si Mamad,bu Ira,minta tolong ibuku agar meminjamkan rumah kami bila ada surveyor datang.Rumah papannya dan listrik yang masih numpang tentu saja faktor utama perusahaan leasing menolak pengajuan kreditnya.
“Tolonglah Bu,anak saya malu berangkat sekolah ngonthel terus.Kalau pakai bus takut telat Bu….” Kata Bu Ira saat itu,melas banget.Untung oleh ayahku akhirnya tidak diijinkan,”Sama saja menceburkan ke dasar jurang yang tidak berdasar kalau diluluskan” begitu kata ayah.
Anehnya,keesokan harinya sudah ada bebek baru di teras rumahnya.


Suara mbak tambun tadi terdengar lagi.
”Perhatikan aja kota kecil kita ini!Ada stasiun,terminal juga ada,bandara juga.Dan lebih fantastis lagi ,ada rel melintang di tanah kota warisan kolonial yang ajaibnya masih berfungsi.Itu modal,Han!Transportasi yang paling cocok di negara yang berpenduduk banyak adalah yang bisa mengangkut banyak penumpang dalam sekali jalan.Coba kalau semua fasilitas itu tertata rapi,nyaman,dan murah!Kita bisa kemana-man naik term kayak di Jepang atau Eropa,lho.Wuih pasti asyik banget tuh!”
“Iya,apalagi kalau di daerah penghijaun dan jalur lambat asri.Enaknya!jujur aja,untuk kota yang jarak antar pusat aktivitasnya nggak jauh-jauh amat dari,naik sepeda atau jalan kaki!pasti lebih asyik.Tapi ya itu dia!Harus nyaman dan asri,kalau panas begini sih,aku juga ogah Ni’!!.
Daerah penghijauan yang asri?anganku langsung terbang ke jalan setapak di kiri kanan jalan raya yang teduh oleh pepohonan nan rindang.Di setiap sudut perempatan,taman-taman mungil penuh bunga pasti melepas penat,sambil berselanjar kaki di hamparan rumput hijau setelah capek berjalan.
“Jadi besok,ngebus lagi atau naik sepeda aja nih Han?”suara mbak tambun ditingkahi celoteh mbak “imut” tadi sayup-sayup masih terdengar.
Bus kembali merayap begitu simpul-simpul macet terurai.Suara bising beradu sumpah serapah sopir yang saling berebut celah agar bis ajalan duluan.Tapi aku tak peduli.Indahnya miniatur “Desaku yang Permai”versi Bu Kasur memenuhi imajinasiku.Membuai dengan sapaan riang dan senyum ramah orang-orang yang saling berpapasan.
Sampai akhirnya…..
“Mbak..bangun mbak!!!sudah sampai terminal.Mbak turun mana?”satu suara sumbang mengagetkanku.Seketika suasana asri buyar sudah berganti pemandangan suram.Bapaak-bapak disebelahku sudah tidak ada,mbak-mabak mahasiswa tadi juga sudah lenyap.Kosong.Hanya ada aku.Sementara di depanku hanya ada wajah sopir,dan mang nely sang kondektur yang senyum-snyum melihatku.
Seketika aku terlonjak dari kursi,atau lebih tepatnya dari posisi tidur sambil duduk.Hah,ketiduran lagi?!
Aduh,kayaknya pelajar-pelajar sepertiku belum pantas menikmati fasilitas murah nan nyaman sebelum membenahi mental pemalas.Masa baru naik bus begini saja sering ketiduran.***

1 komentar:

Ni-MH zone mengatakan...

ruwet ya critanya??^_^

Posting Komentar